Belajar Menulis Bersama Blogger Ternama
Sabtu, 01 Agustus 2020
Dengan Apps WriterPlus, Menulis Semudah Bercerita
Tips Menulis Buku Best Seller Ala Kang Encon Rahman
Jum’at malam, tanggal 31 Juli 2020, bagi saya
merupakan malam ke 27 dalam mengikuti kuliah online Belajar Menulis Bersama Om
Jay. Saya bersama rekan-rekan peserta kuliah online mendapat kesempatan belajar
menulis bersama Kang Encon Rahman, seorang guru PNS berprestasi yang bertugas di Kab.Majalengka sejak tahun 2006. Selain sebagai
seorang pendidik, beliau juga salah satu penggiat literasi Indonesia dan penulis
yang sarat dengan prestasi, baik tingkat nasional maupun internasional. Singkat
cerita, beliau akan berbagi pengalamannya tentang Tips Menulis Buku Best Seller. Untuk lebih jelasnya mari kita simak
bersama sharing pengalaman beliau berikut ini.
Sebelum memaparkan materi utamanya, Kang Encon Rahman menjelaskan tentang tujuan/ motivasi kita menulis.Menurut Beliau, secara garis besar, ada tiga tujuan utama menulis buku, yaitu :
1 1.Untuk
mengembangkan budaya literasi atau koleksi pribadi. Bentuknya biasanya antologi
atau buku hasil keroyokan.
2. 2.Untuk kenaikan tingkat. Biasanya bentuknya buku solo, karya bersama, artikel, PTK atau best practice atau bisa juga berupa buku diklat atau modul.
3.Untuk mencari uang (finansial). Biasanya bentuknya buku-buku yang berbicara tentang how to, tentang bagaimana.
Dari ketiga tujuan tersebut di atas, bisa dijabarkan
sebagai berikut. Ketika kita akan menulis buku, tentu kita harus memiliki
tujuan/ motivasi untuk apa buku ini ditulis. Berbicara untuk apa buku ini tulis,
maka seperti yang sudah dikemukakan di atas, setidaknya ada tiga tujuan dalam
buku. Kalau kita ingin mengembangkan budaya literasi atau koleksi pribadi, ya
lebih tepat membuat buku secara keroyokan atau bersama-sama. Yaitu satu buku
ditulis oleh 15- 30 orang. Ini bagus sekali dalam upaya mengembangkan budaya
literasi atau koleksi pribadi. Biasanya penerbit menerbitkan buku ini sebagai
buku antologi yang biasa dibeli langsung oleh para penulis. Sedangkan untuk
penjualan jenis buku ini, menurut penerbit Andi, agak susah pemasarannya.
Sehingga buku antologi ini lebih cenderung sebagai buku koleksi pribadi yang
notabene bisa mengembangkan budaya literasi.
Sedangkan tujuan menulis buku untuk kenaikan tingkat
seringkali menjadi salah satu upaya pengembangan publikasi ilmiah. Di dalam
proses kenaikan tingkat itu sudah ada panduannya dan pedoman yang bisa
dijadikan payung hukum dalam proses kenaikan tingkat. Kalau menulis buku tujuannya
hanya untuk angka kredit, maka kita tidak boleh lepas dari 10 buku yang
disarankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jenis buku-buku pendidikan
yang bisa dinilai sebagai salah satu angka kredit adalah 1).buku karya
bersama, 2).PTK dan best practice, 3).tulisan ilmiah popular (atau artikel baik
di yang dimuat di majalah atau Koran, 4).tulisan hasil penelitian, 5).buku teks
pelajaran, 6).buku pengayaan, 7). buku pedoman guru, 8).modul atau diklat
pelajaran, 9). buku bidang pendidikan, dan 10). karya terjemahan. 10 jenis buku
pendidikan ini adalah buku-buku yang akan dinilai untuk kenaikan tingkat.
Selain itu tidak karena ini sudah ada payung hukumnya dan sampai saat ini (buku
4 & 5) belum ada revisi lagi. Artinya kita masih berpijak kepada 10 jenis
buku pendidikan yang bisa dijadikan sebagai angka kredit.
Tujuan yang ketiga yaitu ketika kita menulis buku
karna mencari uang (financial). Tentu saja tidak salah ketika kita menulis buku
dengan niat untuk mencari penghasilan. Mencari penghasilan dari buku, artikel
atau tulisan-tulisan kita juga sah-sah saja. Bahkan dalam sebuah karya ilmiah
atau sebuah hasil penelitian, sebuah karya dianggap bagus ketika karya tersebut
memang laku di pasaran. Semua temuan teknologi atau hasil penelitian pada
akhirnya juga dipasarkan dan dinikmati oleh orang banyak. Jadi kalau kita baru
bisa membuat buku kemudian hanya dinikmati sendiri dan dalam proses
pengembangan budaya literasi, belumlah hebat. Tetapi apabila kita sudah mencoba
menulis buku kemudian dipasarkan dan menjadi best seller, sama dalam proses
kegiatan seorang penulis yang karyanya bisa dinikmati oleh semua orang,
bolehlah disebut penulis yang hebat. Penulis yang hebat (bagus) itu adalah bila
karyanya bisa dinikmati oleh semua orang, lebih hebat lagi kalau karyanya juga
bisa mencapai bukan saja di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Kalau kita
membuat buku baru bisa dinikmati sendiri kemudian tidak pernah dinikmati orang
lain itu baru level rendah. Seorang penulis level tinggi adalah ketika dia
menulis buku dan ditawarkan kepada penerbit mayor atau diterbitkan sendiri tapi
bisa booming, sangat disukai oleh khalayak. Mengapa demikian, karena output
dari suatu karya siapapun dan bagaimanapun karyanya itu, ujung-ujungnya harus
bisa dinikmati oleh masyarakat. Sebagai misal, kita melakukan sebuah penelitian
kemudian hasilnya kita tawarkan/ jual dan dibutuhkan serta dibermanfaat oleh masyarakat,
tentu penulis/peneliti akan memperoleh penghasilan yang lebih dari hasil
karyanya. Demikian juga dengan buku-buku kita, ketika kita berniat untuk fokus
di penulisan baik buku fiksi maupun nonfiksi, maka kita harus bisa
mempublikasikan dan memasarkan. Tentu saja dari dampak pemasaran ini bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya. Jikalau hanya sekedar menulis buku di koleksi
pribadi, levelnya masih harus ditingkatkan, level 1, level 2, atau level 3.
Penulis yang sudah berani memasarkan buku, menawarkan kepada penerbit mayor,
berani mempublikasikan ke berbagai sector, berbagai kepada peserta lain
sehingga bukunya laku keras, itu yang sudah level tinggi.
Terkait dengan buku best seller buku yang memang
awalnya digunakan hanya untuk tujuannya mendapatkan angka kredit, akan tetapi
oleh penulisnya dijual di pasaran sehingga laku keras. Buku best seller adalah
buku yang laris manis. Buku dikatakan best seller bila dalam jangka waktu yang
pendek sejak diterbitkan bisa memenuhi kriteria best seller, yaitu penjualan
mencapai 30.000 - 50.000 buku per tahun atau sekitar 3000 eksemplar per bulan. Jadi
apabila buku-buku kita setiap bulannya bisa laku sampai 3000 eksemplar itu sudah
termasuk kategori buku best seller, buku yang sangat laku di pasaran. Oleh
karena itu buku-buku best seller adalah buku-buku yang dirindukan oleh penulis
dan para penerbit. Karena memang di buku-buku best seller ini ada royalty yang
akan siap langsung masuk kantong para penulisnya. Begitupun para penerbit
merasa senang kalau buku yang diterbitkannya ternyata termasuk buku best seller
dari seorang penulisnya.
Berikut
6 tips Kang Encon Rahman tentang cara menulis buku best seller.
1. Menulis
buku 2 jam x 10 hari itu lebih baik daripada 10 jam sekali dalam 2 hari.
Artinya lebih baik menulis selama 2 jam setiap daripada rekan-rekan menulis
selama 10 jam sekali dalam 2 hari, alias tidak rutin. Tahapan-tahapan seperti
ini sangat mendukung agar buku kita bisa best seller. Maka Om Jay pernah
menyampaikan untuk menulis setiap hari dan perhatikan apa yang akan terjadi
esok hari. Oleh karenanya Kang Encon Rahman menyarankan kepada kita agar lebih
istiqomah 2 jam sehari menulis buku.
2. Sebelum
menulis, kumpulkan buku referensi atau kalau guru SD buku tematik agar memudahkan
kita untuk menambahkan referensi dan wawasan pada saat menulis buku yang
sejenis. Ketika kita akan menulis buku, siapkan terlebih dahulu beberapa buku
penunjang agar tulisan kita semakin bagus dan berkualitas. Disarankan juga
untuk memiliki kliping atau buku tematik yang akan menambah kualitas wawasan
kita terhadap buku yang sejenis. Demikian juga dengan artikel-artikel yang memiliki
kaitan dengan buku sedang kita tulis, bisa juga sebagai tambahan referensi agar
hasil tulisan buku semakin berkualitas.
3. Tips
yang ketiga adalah menulis buku lebih nyaman di sepertiga malam atau pagi hari
antara pukul 03.00 – 06,00. pagi. Biasakan menulis di pagi hari, walau tidak
sedikit juga orang-orang yang menulis di luar jam itu. Namun pada umumnya
ketika kita bisa menulis antara jam 3 sampai jam 6 itu saat-saat pikiran masih
fresh untuk menulis.
4. Minta
ijin suami/ istri. Sisi lain yang jangan dilupakan dalam menulis buku agar kita
memiliki harapan best seller adalah minta ijin kepada pasangan kita. Ketika
seorang istri ingin menulis buku, harus minta izin suaminya. Demikian juga
sebaliknya, karena ridho Allah ya ridho orang tua, ridho Allah ridho suami.
Jadi supaya tulisan kita menjadi amal jariyah kita, biasakan untuk meminta izin
terlebih dahulu kepada pasangan kita.
5. Ambillah
air wudlu sebelum menulis. Rosulullah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
memberikan contoh kepada kita untuk selalu bersuci sebelum melalukan sesuatu.
Demikian juga para ulama dan para kyai, pada saat menulis kitab/buku, mereka selalu
memiliki wudhu ( dalam keadaan berwudlu/ suci ). Dengan berwudlu terlebih
dahulu, kita berharap Alloh SWT selalu bersama kita, selau memberikan hidayah-Nya
sehingga ada kemudahan dalam mengembangkan ide-ide kita. Dan pada akhirnya, tentu
saja harapannya tulisan kita betul-betul bermanfaat bagi kita dan juga orang
lain.
6. Menulis
resume buku karya orang lain dengan tema yang sejenis dengan tema buku yang
sedang kita tulis. Artinya ketika kita mengalami mental block ( kesulitan menulis ) cobalah kita membaca buku-buku
karya orang lain yang sejenis dengan buku yang sedang kita tulis. Kemudian
tulislah resume tentang isi buku yang kit abaca, dengan begitu harapannya
wawasan kita menjadi terbuka dan ide-ide kita pun tumbuh kembali sehingga bisa
melanjutkan tulisan buku kita. Sebagai bahan referensi kita, Kang Encon Rahman
memberikan panduan langkah-langkah cara menulis resume yang baik berikut ini.
Langkah-Langkah
Menulis Resume
Sebelum membahas langkah-langkah menulis
resume, mari kita simak dulu perbedaan resume dan ikhtisar. Resume adalah hasil
ringkasan dari tulisan yang panjang dengan cara mengambil bagian pokoknya saja,
dengan disertai kaliamt penjelas secukupnya. Dalam menulis resume tidak boleh
ditambahi dengan pendapat pribadi. Sedangkan ikhtisar adalah hasil ringkasan
tulisan dengan cara menuliskan pokok-pokoknya saja berdasarkan pemahaman
pribadi.
Berikut
adalah langkah-langkah menulis resume yang baik :
1. Membaca
buku, artinya kalau itu resume sebuah buku, maka bacalah buku yang akan dibuat
resumenya. Ini perlu dilakukan supaya apa yang kita tulis itu isinya nanti
sesuai dengan buku sumbernya.
2.
Menemukan gagasan pokok. Kita tuliskan gagasan pokoknya secara singkat saja.
3.
Menuliskan kembali gagasan pokok secara berurutan, biasanya ada awal
pembahasan.
4. Menulis
resume yang singkat dan padat. Rangkauman merupakan bagian dari resume.
5.
Mempublikasikan resume, bisa melalui blog, FB. IG, atau media lain yang bisa
dibaca oleh orang lain. Ini merupakan langkah yang baik karna ketika kita
membuat resume dari buku karya orang lain, dari nara sumber/ pembicara kemudian
kita publikasikan di blog kita atau medsos sehingga tulisan kita bermanfaat
juga untuk orang lain.