Jumat, 03 Juli 2020

Resume 15 : Tips dan Kunci Sukses Menjadi Penulis Produktif Bersama Dr. Ngainun Naim

Berbagi itu indah. Kalau kita belum mampu berbagi materi, setidaknya berbagi ilmu dan pengalaman boleh juga. Bahkan berbagi ilmu dan pengalaman mungkin malah berlipat ganda pahalanya. Banyak cara untuk berbagi ilmu dan pengalaman, salah satunya melalui tulisan. Dengan tulisan kita, mungkin orang lain bisa mengambil manfaatnya. Semakin banyak ilmu dan pengalaman yang kita tuangkan dalam bentuk tulisan, maka diharapkan semakin banyak pula manfaat yang bisa didapatkan oleh orang yang membaca tulisan kita. Hanya saja, sanggupkah kita menuliskan sebagian atau semua ilmu dan pengalaman yang sudah kita punya atau kita dapatkan ? Bagaimanakah supaya kita bisa berbagi sebanyak mungkin ilmu dan pengalaman atau bahkan ide-ide kita kepada orang lain ? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, pada malam kuliah belajar menulis via WAG hari ini, Jum'at, 03 Juli 2020, telah hadir bersama kita, seorang narasumber handal di bidangnya.  Beliau adalah Dr. Ngainun Naim, seorang penulis yang sangat produktif, akan berbagi kepada kita semua mengenai tips dan kunci sukses menjadi seorang penulis produktif.

Mengawali paparan materinya, Dr.Ngainun Naim berpendapat bahwa guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas (anak-anak didik) yang diajarnya juga berkualitas. tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Slah satu kunci penting penting peningkatan kualitas guru adalah membangun budaya literasi. Literasi berati budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis, memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibacanya, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

Kunci-Kunci Penting Dalam Menulis
Kunci adalah alat untuk membuka sesuatu. Kunci bagi kita adalah alat untuk menjadikan kita produktif dalam menulis. Tapi kunci hanya sebatas kunci kalau tidak difungsikan. Jadi, setelah kita menemukan kucinya, mari kita fungsikan kunci tersebut sebagai mana mestinya. Ibaratnya dalam kelas belajar menulis ini, kita ingin mendapatkan kunci itu. Jika kita sudah mendapatkan kuncinya tapi tidak difungsikan atau dipraktikkan, tentu kunci itu kurang fungsional atau kurang bermanfaat. Kunci-kunci yang dimaksud dalam menulis itu meliputi :

1.Kunci pertama : Motivasi
   Motivasi kita untuk menulis itu bisa karena ;
   a.Motivasi karir
      Yang dimaksud dengan motivasi karir adalah motivasi berkaitan dengan profesi seseorang.      
      Implikasinya, semakin mahir seseorang dalam menulis, maka semakin lancar karir yang  
      dijalaninya, minimal terbantu dalam kelancaran pekerjaan dan karirnya.
   b.Motivasi materi
      Motivasi ini berhubungan dengan materi dalam bentuk honor yang diperoleh berkat tulisannya. 
      Bagi penulis profesional atau bahkan yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. 
      Buku-buku karyanya yang terus mengalami cetak ulang, tentu royalti yang didapatkan semakin 
      besar. Hanya saja, jumlah penulis yang beruntung, tidaklah banyak, sebagian besar justru kurang 
      mendapatkan perhatian dari segi ini. 
   c.Motivasi politik
      Yaitu motivasi menulisnya ditujukan untuk mencapai tujuan politik tetentu.
   d.Motivasi cinta
      Yaitu motivasi menulisnya karna memang suka/hobi (mencintai) aktivitas menulis.
     Nah, sekarang kita bisa menilai diri kita, apa motivasi kita. Yang pasti, apapun motivasinya, akan mempengaruhi tulisan ataupun buku yang kita hasilkan.

2.Kunci kedua : Meyakini bahwa menulis itu anugerah
   Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya. Banyak alasan muncul, mungkin karena kesibukan atau beragam alasan lainnya. Banyak yang sebenarnya mampu menulis, tapi tidak mau menulis. Karena itulah, maka menulis sebenarnya anugerah luar biasa yang harus disyukuri, yaitu dengan cara terus menulis dan menulis.

Kita harus meyakini bahwa kita bisa menulis. Coba kita tengok ke belakang sebentar, berapa lebar kita sudah tuliskan tugas-tugas kita sewaktu di SD, SMP dan SMA. Bahkan sewaktu kita kuliah, S1 misalnya. Berapa halaman saja kita menulis makalah tiap minggunya ? Berapa halaman saja tulisan skripsi dan laporan KKN kita ? Terlebih lagi kalau sampai S2 atau S3, pastilah sudah ribuan halaman yang sudah kita tuliskan. Jadi, kalau ada yang bilang masih mengalami kesulitan dalam menulis, rasanya ada yang aneh. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain : 1).selama kuliah hanya numpang nama, alias tidak ikut menulis makalah, 2).tidak menulis karena, tugas-tugas/ maklahnya dibuatkan orang lain, 3).menulis dengan melakukan "kanibal" tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan dari google, potong sana sini, sampai berbentk layaknya tulisan, 4).begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tanpa berfikir apa yang harus ditulis. Begitu dapat referensi, dibuka, diketik lalu ditutup. Kalau dirasa sudah cukup, lalu di akhir kutipan, ditulislah kalimat misalnya, Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan ...Itulah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebelumnya sehingga kita masih merasa mengalami kesulitan dalam menulis.

Dalam menulis, seharusnya kita mencoba menggali potensi yang kita punya. Yakinlah dengan gaya menulis kita. Be yourself. Apa yang kita bisa, itu yang kita bagi. Dengan kata lain, apa pun yang kita tulis, apa pun buku yang kita terbitkan, setidaknya kita memiliki kontribusi penting dan punya andil yang nyata. Jangan hiraukan nyinyiran ataupun kritikan yang tidak membangun. Teruslah menulis supaya kita bisa berbagi dan menjadi berbeda dengan yang lainnya. 

3.Kunci ketiga: Menulis itu memberikan banyak keajaiban dalam hidup
   Menulis itumemberikan banyak sekali manfaat. Seperti Om Jay katakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam hidup. Dengan menulis setiap hari, Om Jay sudah banyak merasakan keajaiban yang terjadi, antara lain ; 1).mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, buku-buku Om Jay sering terbit dan artikel sering dimuat koran, sehingga dapat royalti dan honor, 2).sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum, 3).memiliki banyak teman, 4).bisa membeli peralatan untuk kebutuhan hidupnya, 5).tulisan adalam alat perekam kehidupan yang ajaib. Misal si penulis sudah meninggal, tapi hasil karya tulisannya masih bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.

4.Kunci keempat : Tidak mudah menyerah
   Banyak orang ingin menulis, baik menulis makalah, artikel ataupun buku. Tapi tidak sedikit yang semangat menulisnya naik turun. Biasanya saat mengikuti kegiatan menulis, semangatnya berapi-api. Tapi saat kembali ke dunia nyata, kembali dengan kesibukan sehari-harinya, semangatnya perlahan tapi pasti, mulai memudar dan akhirnya hialng sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan,  Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat, bahkan sangat mungkin selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Sebenarnya menulis lima paragraf yang dilakukan setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

5.Kunci kelima : Berjejaring
   Jadi sebagai seorang penulis jangan menepi. Untuk saat ini memang kita harus menepi karena corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan, Ikut kegiatan belajar menulis secara online dan sejenisnya termasuk dalam rangka berjejaring juga.

6.Kunci keenam : Menulis sebanyak-banyaknya
   Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukanlah secara terus menerus. Jika kita merasa tulisan kita tidak baik, dengan menulis stiap hari, secara otomatis tulisan kita menjadi lebih baik.

Demikianlah enam kunci agar kita menjadi penulis yang produktif. Sekali lagi kunci itu adalah alat. Tinggal bagaimana kita menggunakan kunci itu secara tepat. Tanpa digunakan, kunci itu tiada berarti, kunci tinggalah kunci. Gunakan kunci itu untuk menekuni dunia literasi yang sedang kita geluti. Mari berkarya, terus menulis dan menulis terus. Tetap semangat. Salam literasi.

   



Resume 14 : Free Writing, Jurus Jitu Mengatasi Kebuntuan Menulis

Sebelum mengenal lebih jauh tentang free writing, dalam benak pikiran saya langsung terbayangkan arti kata tersebut. Free artinya bebas dan writing, menulis. Jadi kalau digabungkan, free writing maknanya ya menulis bebas. Menulis apa pun yang ingin kita tuliskan. Kita bebas memilih tema yang imgin kita tuliskan dan kita kembangkan sehingga pada akhirnya menjadi sebuah wacana yang kita inginkan. Begitulah kira-kira pemahanan awal saya mengenai istilah free writing. Akan tetapi, saya belum yakin betul dengan pemahaman itu. Besar keinginan saya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna free writing itu sendiri. Karena itu, saya mencoba mencari sumber referensinya melalui internet. Saya mulai browsing di internet dengan bantuan mesin pencari milik google. Tak lama browsing, saya pun menemukan apa yang saya cari, yaitu pengertian free wirting. Berikut kutipan mengenai pengertian free writing yang saya temukan di internet. Free writing adalah teknik menulis di mana seseorang menulis terus menerus untuk jangka waktu tertentu tanpa memperhatikan ejaan, tata bahasa atau topik.. Kemudian saya juga coba baca-baca beberapa pengertian free writing lainnya. Intinya ya tidak jauh berbeda antara yang satu dengan lainnya. Saya coba baca kembali dan pahami maknanya serta beberapa kalimat penjelasnya. Ternyata apa yang saya pahami selama ini tentang free writing itu belum betul, kalau tidak mau dibilang salah ya. Pada malam ini, Rabu, 03 Juli 2020, kelas Belajar Menulis online kami, kedatangan tamu istimewa, seorang pakar free writing. Beliau adalah Dr. Ngainun Naim, dengan segudang pengalaman menerbitkan buku-buku berkualitasnya. Untuk lebih jelasnya mengenai apa itu free writing dan mengapa perlu free writing, serta apa yang bisa didapatkan dengan itu semua, mari kita simak pemaparan beliau berikut ini.